
kehamilan
Kisah Keguguran Putri Mahkota Jepang Masako saat Hamil Calon Penerus Takhta
HaiBunda
Sabtu, 20 Sep 2025 08:30 WIB

Daftar Isi
Harapan rakyat Jepang untuk menyambut pewaris takhta kekaisaran yang sudah bertahan lebih dari 2.600 tahun harus pupus ketika pihak Istana Kekaisaran mengumumkan bahwa Putri Mahkota Masako mengalami keguguran. Kabar duka Putri Mahkota Masako keguguran mengejutkan masyarakat sekaligus memicu kemarahan pihak istana yang menuding media terlalu terburu-buru memberitakan kehamilan sang putri.
Sejak harian Asahi Shimbun melaporkan bahwa Putri Mahkota Masako mengalami gejala mual di pagi hari dan mendapatkan hasil tes kehamilan positif, euforia masyarakat semakin memuncak. Apalagi, kabar ini datang setelah lebih dari enam tahun pernikahannya dengan Putra Mahkota Naruhito tanpa kehadiran seorang anak.
Meskipun pihak istana belum memberikan konfirmasi resmi Putri Mahkota Masako hamil anak pertama, sejumlah tabloid dengan berani berspekulasi bahwa pengumuman kehamilan akan dilakukan pada akhir Desember. Bahkan, beberapa media menulis judul heboh seperti Masako akan Memberi Jepang Hadiah Natal.
Situasi menjadi semakin intens ketika para jurnalis terus membuntuti Putri Mahkota Masako. Mereka berjaga di setiap pintu keluar kediaman kerajaan dan membuntuti sang putri hingga ke rumah sakit menggunakan helikopter.
Kabar bahagia berubah duka
Harapan rakyat Jepang memuncak ketika Putri Mahkota Masako menjalani pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit Badan Rumah Tangga Kekaisaran, Tokyo. Meski absen dalam beberapa acara penting istana, seperti jamuan ulang tahun Kaisar pada 23 Desember. namun ketidakhadiran itu tidak dianggap sebagai pertanda buruk.
Namun, pada malam harinya, suasana penuh harapan berubah menjadi duka. Pihak istana mengumumkan bahwa Putri Mahkota Masako yang kala itu berusia 36 tahun, kehilangan janin yang dikandungnya setelah dokter gagal menemukan detak jantung. Ia segera menjalani prosedur medis untuk mengangkat janin.
Dokter menyebut kondisi Putri Mahkota Masako tidak berbahaya. Namun Sang putri tetap harus dirawat semalam di rumah sakit ditemani Pangeran Naruhito, dan dijadwalkan kembali menjalankan tugas resmi bulan berikutnya.
Pukulan bagi Jepang di awal abad baru
Kabar keguguran Putri Mahkota Masako menjadi pukulan berat bagi bangsa Jepang yang tengah berharap awal abad baru dimulai dengan kabar baik, setelah melalui masa resesi, bencana alam, dan meningkatnya angka kriminalitas yang disebut sebagai “dekade yang hilang.”
Kiyoshi Furukawa, juru bicara kediaman Putra Mahkota, menegaskan bahwa laporan prematur media mengenai kehamilan telah menambah tekanan pada Putri Masako.
“Saya ingin menegaskan betapa besar tekanan yang dialami Putri Mahkota akibat laporan salah satu surat kabar yang menyebut ada bukti kehamilan sebelum hasil medis resmi diketahui,” ujar Kiyoshi Furukawa dari kediaman Putra Mahkota dikutip dari laman Theguardian.
Namun, kebocoran informasi awal disebut-sebut justru berasal dari pihak istana sendiri. Dokter pribadi sang putri juga menyatakan bahwa sorotan media bukanlah penyebab langsung keguguran, yang ia sebut sebagai jenis keguguran umum dan tidak mengurangi peluang kehamilan di masa depan.
Masako, seorang mantan diplomat lulusan Oxford, sejak awal berada dalam tekanan besar untuk melahirkan seorang pewaris takhta laki-laki. Pasalnya, anggota keluarga kerajaan laki-laki terakhir lahir pada 1965, sehingga harapan publik tertuju penuh padanya.
Spekulasi soal kendala kehamilan terus bermunculan, bahkan beredar rumor bahwa pasangan tersebut sempat menjalani perawatan kesuburan.
Putra Mahkota Naruhito sendiri pernah mengeluhkan bahwa perbincangan tiada henti soal bayi kerajaan di tabloid dan acara televisi justru membuat keadaan semakin sulit. Bahkan memperburuk kondisi kesehatan istrinya yang menderita asma saraf. Meski begitu, Furukawa menyebutkan bahwa Pangeran dan Putri Mahkota menyikapi keguguran ini dengan tenang.
Menariknya, liputan media kali ini berbeda jauh dari sebelumnya. Jika rumor kehamilan memenuhi halaman depan tabloid, kabar keguguran justru disampaikan singkat oleh stasiun nasional NHK hanya dalam satu kalimat, lewat siaran malam yang sudah terlambat untuk memicu reaksi publik luas.
Banyak pihak menilai peristiwa ini akan menumbuhkan simpati terhadap Masako. Awalnya, publik berharap ia membawa angin segar dalam kehidupan istana yang kaku, namun kini ia lebih banyak tampil sebagai sosok pendiam, berjalan di belakang suaminya sesuai protokol kerajaan.
Ibunda Masako, saat pertama kali diberi tahu bahwa putrinya mungkin hamil, mengatakan, "Itu akan menjadi kabar luar biasa bila benar, tetapi saya akan sangat sedih untuk putri saya bila ternyata salah."
Sayangnya, ucapan itu menjadi kenyataan pahit. Meski begitu, harapan masih terbuka bahwa Putri Mahkota Masako suatu hari kelak dapat kembali hamil dan menghadirkan pewaris bagi takhta kekaisaran Jepang.
Kebahagiaan akhirnya datang, Masako hamil lagi
Tak lama setelah keguguran, Masako hamil lagi. Kehamilan ini dikonfimasi langsung oleh pihak istana dan disambut penuh suka cita oleh rakyat Jepang.
Di kehamilan ini, Naruhito benar-benar mencurahkan perhatiannya ke sang istri. Menurut Direktur Sanno Hospital di Tokyo, Osamu Tsutsumi, Naruhito kerap mendampingi Masako saat menjalani pemeriksaan kehamilan.
Hal tersebut bahkan sempat menuai kritik dari luar istana. Naruhito disebut terlalu sering mendampingi istrinya saat ia memiliki jadwal tugas resmi yang padat. Pada masa itu, tidak biasa bagi seorang suami untuk mendampingi istrinya menjalani pemeriksaan rumah sakit yang berulang.
Meski kabar kehamilan dibuka ke publik, pihak istana memilih untuk merahasiakan kondisi kehamilan sang Putri. Hari Perkiraan Lahir (HPL) Masako juga tidak diungkap ke publik, Bunda.
Kemudian pada 1 Desember 2001 tangisan anak pertama putri Mahkota Masako terdengar sehari setelah dia dirawat di rumah sakit. Masako melahirkan anak pertama berjenis kelamin perempuan bernama Putri Aiko, di usia yang hampir menginjak 38 tahun. Saat itu, usia pernikahannya dengan Naruhito telah menginjak delapan tahun dan enam bulan.
Saat ini, usia Putri Aiko sudah menginjak 23 tahun. Meski memiliki garis keturunan 'Raja', Aiko tidak dapat naik takhta karena hukum suksesi di Jepang melarang pewarisan melalui perempuan. Perwaris takhta pertama di Kekaisaran Jepang berada di tangan adik Naruhito, yakni Pangeran Akishino. Sementara itu, garis suksesi selanjutnya adalah putra dari Pangeran Akishino, yakni Pangeran Hisahito yang kini berusia 18 tahun.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kisah 3 Bunda Keguguran Berkali-kali, Punya Rahim Ganda & 6 Kali Kehilangan Janin

Kehamilan
9 Penyebab Keguguran, dari Faktor Genetik hingga Penyakit Kronis

Kehamilan
Yuk, Bunda Lakukan Ini Usai Keguguran Supaya Cepat Pulih

Kehamilan
Perlukah Menjalani Kuret Setelah Keguguran?

Kehamilan
Bisakah Bunda Keguguran Tanpa Mengalami Pendarahan?


7 Foto
Kehamilan
7 Potret Seleb yang Pernah Alami Keguguran saat Hamil Anak Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda