Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Akhirnya, Angka Kelahiran di Korea Selatan Capai Jumlah Tertinggi setelah 15 Tahun

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Senin, 01 Sep 2025 21:40 WIB

Ilustrasi Ibu dan Bayi Baru Melahirkan
Akhitnya, Angka Kelahiran di Korea Selatan Capai Jumlah Tertinggi setelah 15 Tahun/Foto: Getty Images/iStockphoto
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda, ada kabar menarik dari Korea Selatan nih. Selama bertahun-tahun, 'Negeri Ginseng' ini terkenal punya angka kelahiran terendah di dunia. Bahkan, banyak pasangan di sana memilih menunda menikah atau tidak punya anak karena alasan biaya hidup, kerja yang padat, hingga kurangnya dukungan sosial.

Tapi, ternyata tahun 2024 jadi titik balik. Untuk pertama kalinya setelah hampir satu dekade, angka kelahiran di Korea Selatan meningkat cukup signifikan bahkan mencatat kenaikan tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Menariknya, peningkatan terbesar justru datang dari kelompok perempuan berusia 30-an. Hampir semua kelompok usia menunjukkan kenaikan kelahiran, kecuali perempuan awal 20-an.

Dikutip dari Allkpop, laporan statistik Korea yang dirilis pada 27 Agustus lalu menunjukkan bahwa 19.953 bayi lahir pada Juni 2025, naik 1.709 dari Juni 2024 peningkatan sebesar 9,4 persen. Ini menandai peningkatan bulanan tertinggi sejak Juni 2010 dan tingkat pertumbuhan terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1981. Dengan ini, negara ini telah mengalami pertumbuhan kelahiran tahunan selama 12 bulan berturut-turut, dimulai pada Juli 2024.

Faktor pemicu: Pernikahan hingga dukungan pemerintah

Pada periode April hingga Juni 2025, tercatat 60.979 bayi lahir. Angka ini naik 4.157 dari periode yang sama tahun lalu, sekaligus menjadi peningkatan kuartalan terbesar sejak 2011. Menurut Park Hyun Jung, Kepala Tren Populasi di Statistik Korea, lonjakan ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama:

1. Lonjakan pernikahan

Tidak hanya kelahiran, angka pernikahan juga meningkat tajam. Pada Juni 2025, tercatat 18.487 pasangan menikah, naik 9,1 persen dibanding Juni tahun sebelumnya. Ini menjadi jumlah pernikahan tertinggi dalam 7 tahun terakhir, sekaligus pertumbuhan terbesar sejak 2010.

Secara keseluruhan, jumlah pernikahan sudah naik selama 15 bulan berturut-turut. Pada kuartal kedua saja, ada 59.169 pernikahan, atau meningkat 5,8% dari tahun lalu. Dalam setengah tahun pertama 2025, total pernikahan mencapai 117.873, tertinggi sejak 2019.

Beberapa analis menyebut, tren ini tidak lepas dari dorongan pemerintah daerah. Misalnya, Kota Daejeon memberikan bantuan tunai sebesar 5 juta won (sekitar Rp 58 juta) plus berbagai insentif lain untuk pasangan baru menikah.

2. Semakin banyak perempuan usia 30-an yang menikah

Semakin banyak perempuan kelompok usia 30–34 tahun, yang sering disebut sebagai usia 'emas' untuk membangun keluarga, yang memutuskan menikah dan punya anak. Peningkatan ini terutama terlihat di kalangan perempuan berusia 30-an.

Angka kelahiran meningkat di hampir semua kelompok usia kecuali perempuan berusia awal 20-an, dengan peningkatan paling signifikan di antara mereka yang berusia awal dan akhir 30-an. Tingkat kesuburan total, jumlah rata-rata anak yang diharapkan dimiliki seorang perempuan seumur hidupnya, juga naik menjadi 0,76 persen meningkat 0,06 persen dari Juni tahun lalu.

3. Kebijakan pro-keluarga dari pemerintah

Dikutip dari DW, pemerintah Korea gencar memberikan dukungan untuk mendorong pasangan punya anak. Bahkan pemerintah juga mengalokasikan 19,7 triliun won Korea (€12,9 miliar, US$13,5 miliar) untuk dukungan tambahan bagi keluarga, naik 22 persen dari tahun lalu, termasuk untuk jam kerja yang lebih pendek bagi orang tua hingga dua tahun dan cuti berbayar untuk menjalani perawatan kesuburan.

Selain itu, mulai tahun ini, perusahaan tercatat diwajibkan untuk memberikan detail kebijakan ramah anak dan ramah orang tua mereka dalam pengajuan peraturan, sementara perusahaan kecil dan menengah berhak mengklaim hibah untuk mendukung operasional mereka selama staf sedang cuti orang tua

Tantangan masih besar

Namun, Bunda, di balik kabar baik ini ada tantangan besar. Dikutip dari The Guardian, jumlah kematian di bulan Juni mencapai 27.270 jiwa, naik 1,5 persen dibanding tahun lalu. Artinya, meski kelahiran meningkat, populasi alami Korea Selatan tetap menurun sebanyak 7.317 jiwa. Kira-kira, hanya 0,75 persen anak per perempuan, jauh di bawah angka ideal 2,1 persen untuk mempertahankan jumlah penduduk.

Artinya, meski ada peningkatan, Korea Selatan tetap menghadapi risiko penurunan populasi di masa depan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda