
kehamilan
Ketahui Tujuan dari Pemeriksaan EPDS pada Ibu Hamil dan Nifas
HaiBunda
Kamis, 14 Aug 2025 11:10 WIB

Daftar Isi
Pemeriksaan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) menjadi salah satu skrining yang dianggap penting untuk ibu hamil dan nifas. Namun, apakah tujuan pemeriksan EPDS pada ibu hamil dan nifas?
Gejala depresi selama kehamilan dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk dan prediktor kuat depresi pascapersalinan. Karen itu perlu identifikasi perempuan dengan depresi selama kehamilan. Pemeriksaan EPDS berkaitan dengan deteksi depresi.
Apa itu EPDS?
Melansir WomensMentalHealth, American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan agar perempuan menjalani skrining depresi selama kehamilan, selain skrining selama periode pascapersalinan. Dan EPDS menjadi salah satu alat yang paling umum untuk skrining depresi pada situasi ini.
EPDS berisi 10 kuesioner yang telah divalidasi di berbagai populasi dan tersedia dalam hampir semua bahasa. Pertanyaan dalam EPDS dirancang untuk mengidentifikasi gejala depresi postpartum, namun kini juga digunakan sejak masa kehamilan.
Kuesioner ini dikembangkan Cox, Holden, dan Sagovsky pada tahun 1987. Setiap pertanyaan menilai suasana hati ibu selama 7 hari terakhir. Jawaban diberi skor dari 0 hingga 3.
Total skor maksimal adalah 30, dan skor ≥10-13 menjadi batas untuk investigasi lanjutan tergantung setting klinis.
Namun, skor tinggi pada EPDS tidak serta merta mengonfirmasi diagnosis depresi. Ini memerlukan evaluasi diagnostik yang lebih menyeluruh. Di beberapa tempat, perempuan dengan hasil skrining postif perlu evaluasi tenaga kesehatan mental profesional secara tepat waktu. Sayangnya banyak praktik kebidanan memiliki akses yang terbatas ke penyedia layanan kesehatan.
Tujuan pemeriksaan EPDS pada ibu hamil dan nifas
EPDS bukanlah alat diagnostik. Melainkan, ini adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengidentifikasi perempuan yang mungkin memerlukan perawatan lanjutan, seperti penilaian kesehatan mental, yang dapat mengarah pada diagnosis berdasarkan kriteria diagnostik yang diterima (DSM-IV-TR atau ICD-10).
Pemeriksaan EPDS pada ibu hamil dan nifas ini bertujuan untuk:
1. Deteksi dini depresi perinatal
Pemeriksaan EPDS bertujuan untuk deteksi dini gejala depresi, baik saat hamil maupun setelah melahirkan. Kebanyakan ibu tidak menyadari gejala depresi seperti kehilangan minat, cemas berlebihan, atau menangis tanpa alasan. Ini semua merupakan tanda awal depresi.
2. Penanganan yang cepat
Deteksi depresi melalui EPDS memungkinkan penanganan yang lebih cepat dengan intervensi dini seperti konseling, psikoterapi, atau rujukan ke psikiater. Intervensi ini dapat menurunkan risiko komplikasi psikologis dan meningkatkan bonding ibu dan bayi.
3. Meningkatkan kualitas hidup ibu
Depresi perinatal sering kali membuat ibu merasa gagal menjadi orang tua yang baik. Skrining EPDS dapat lebih menjaga kesejahteraan psikologis ibu,mendukung proses menyusui, dan mengurangi stres pengasuhan.
Waktu dilakukan EPDS
World Health Organization (WHO) dan beberapa studi klinis merekomendasikan pelaksanaan EPDS:
- Trimester 2 atau 3 kehamilan
- 6 minggu setelah melahirkan
- Ulangan pada 3 bulan atau 6 bulan postpartum jika berisiko
Apakah hasil EPDS akurat?
EPDS menjadi alat yang terpercaya, namun hasil skriningnya bukan diagnosis akhir. EPDS digunakan untuk alat bantu deteksi awal, bukan menggantikan evluasi psikiatri. Diagnosis tetap dilakukan profesional kesehatan jiwa setelah evaluasi menyeluruh.
Lydsdottir dan rekan-rekannya telah memeriksa diagnosis psikiatris perempuan yang diidentifikasi dengan kemungkinan depresi menggunakan EPDS selama kehamilan. Sebanyak 2.411 perempuan yang menerima perawatan antenatal di klinik perawatan primer telah menyelesaikan EPDS.
Dalam kelompok ini, 235 perempuan (9,7%) dinyatakan positif (EPDS > 12) pada minggu ke-16 kehamilan. Sangat mengejutkan bahwa dalam penelitian ini, hanya sekitar sepertiga perempuan yang hasil skriningnya positif yang benar-benar mengalami depresi unipolar. Dengan kata lain, jika peneliti menggunakan EPDS sebagai satu-satunya alat untuk memandu diagnosis dan pengobatan, maka akan salah 70%.
Meskipun EPDS telah divalidasi untuk digunakan selama kehamilan, penelitian ini menunjukkan bahwa EPDS mungkin memiliki beberapa keterbatasan serius ketika digunakan sebagai alat skrining untuk depresi dalam situasi ini.
Dalam studi lain yang menggunakan EPDS untuk menskrining perempuan pascapersalinan, sekitar sepertiga perempuan dengan hasil skrining positif pada EPDS tidak mengalami depresi unipolar, tetapi sebenarnya mengalami gangguan bipolar.
Akan sangat disayangkan jika perempuan dengan gangguan bipolar yang menunjukkan gejala aktif selama kehamilan atau masa nifas tidak teridentifikasi atau salah diidentifikasi. Populasi ini berisiko sangat tinggi mengalami penyakit kejiwaan pascapersalinan, termasuk psikosis pascapersalinan.
Jika ingin skrining pada ibu hamil dan nifas, pertama-tama yang harus dipastikan adalah adanya jaringan perawatan yang memadai. Layanan kebidanan harus dipastikan memiliki akses ke tenaga kesehatan mental profesional yang ahli di bidan ini dan evaluasi psikiatri dapat dilakukan tepat waktu.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Aturan, Tata Cara, dan Niat Mandi Nifas setelah Keguguran

Kehamilan
Ketahui Perubahan Darah Nifas dalam 40 Hari, Kenali juga Gejala yang Perlu Diwaspadai

Kehamilan
Akhiri Masa Nifas, Ini Tata Cara Mandi Besar agar Bersih dari Hadas

Kehamilan
Bacaan Niat Mandi Nifas dan Urutan Langkahnya, Bunda Siap Beribadah Lagi

Kehamilan
6 Fase Warna Darah Nifas yang Selalu Berubah-ubah, Kenali Yuk Bun


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda