
kehamilan
Punya Hipertensi saat Hamil? Hati-Hati Berisiko Gagal Menyusui
HaiBunda
Rabu, 06 Aug 2025 12:41 WIB

Daftar Isi
Hipertensi saat hamil bisa membahayakan ibu dan janin. Kondisi kesehatan ini tidak hanya meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan, tapi juga dapat mempengaruhi ibu saat menyusui bayinya.
Hipertensi pada kehamilan berkontribusi secara substansial terhadap morbiditas dan mortalitas ibu, hipertensi persisten, dan rawat inap ulang. Gangguan hipertensi pada kehamilan juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular.
Pengenalan serta modifikasi faktor risiko terkait yang tepat waktu itu sangat penting untuk mengoptimalkan kesehatan ibu jangka panjang.
Apa itu hipertensi saat hamil
Hipertensi saat hamil adalah ketika tekanan darah melebihi 140/90 mmHg selama masa kehamilan. Hipertensi saat hamil itu terbagi menjadi:
- Hipertensi kronis, yakni terjadi sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu.
- Hipertensi gestasional, muncul setelah 20 minggu kehamilan.
- Preeklamsia, hipertensi yang disertai kerusakan organ, biasanya ginjal dan hati.
Dikutip dari Medical News Today, hipertensi selama kehamilan membuat perempuan pada risiko kesehatan yang lebih serius di kemudian hari. Sebuah studi tahu 2013 mengungkapkan bahwa hipertensi gestasional memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung, gagal jantung, dan stroke iskemik.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), hipertensi gestasional dapat terjadi pada sekitar 6–8 persen kehamilan di seluruh dunia.
Hipertensi dapat mempengaruhi produksi ASI?
Hipertensi dapat mempengaruhi Bunda dalam produksi ASI. Dalam studi dari Breastfeeding Medicine Journal (2021) menemukan bahwa perempuan dengan tekanan darah tinggi saat hamil lebih berisiko mengalami keterlambatan laktogenesis tahap II (transisi dari kolostrum ke ASI matang).
Peneliti mengatakan bahwa tekanan darah tinggi berdampak pada gangguan hormonal, terutama hormon oksitosin dan prolaktin, yang berperan penting dalam proses menyusui.
Dalam studi terbaru dari Yale juga menunjukkan bahwa perempuan dengan tekanan darah tinggi sebelum dan selama kehamilan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk tidak pernah menyusui, atau jika ibu tersebut memulai menyusui, kemungkinan yang lebih tinggi untuk berhenti.
Antara tahun 2017 dan 2019, 16 persen dari seluruh kehamilan di AS mengalami komplikasi akibat diagnosis HDP, dengan tingkat yang jauh lebih tinggi terlihat pada perempuan kulit hitam/Afrika-Amerika non-Hispanik dan Indian-Amerika/Pribumi Alaska.
Namun, HDP tidak hanya memengaruhi perempuan dalam jangka pendek. Gangguan-gangguan ini dapat meningkatkan risiko jangka panjang mereka terhadap penyakit jantung, penyakit ginjal, dan stroke.
Temuan para peneliti juga menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk mengurangi risiko kesehatan jangka panjang ini melalui pemberian ASI. Perempuan dengan HDP dapat memperoleh manfaat dari intervensi terarah yang meningkatkan paparan terhadap manfaat kardioprotektif dari menyusui.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open. "Kami mengamati inisiasi menyusui, atau apakah Anda pernah mulai menyusui,” kata Deanna Nardella, seorang instruktur pediatri dan dokter-ilmuwan di Yale School of Medicine (YSM) dan penulis pertama studi tersebut yang dikutip dari laman NewsYaleEdu.
“Kami juga mengamati durasi menyusui. Jadi, jika Anda mulai, berapa lama Anda menyusui? Memiliki gangguan hipertensi dalam kehamilan dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk untuk kedua ukuran ini.”
Bunda dapat menghadapi banyak hambatan untuk memulai dan mempertahankan menyusui setelah melahirkan. Mulai dari tantangan laktasi dan kebijakan cuti orang tua yang tidak memadai hingga kurangnya edukasi menyusui di kalangan pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 83 persen perempuan di AS mulai menyusui. Tetapi hanya 25 persen yang melanjutkan menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama. Padahal ini durasi yang direkomendasikan berbagai organisasi kesehatan terkemuka.
Dampak lain hipertensi saat hamil
Hipertensi saat hamil tak hanya berisiko dengan menyusui, tapi juga dapat menimbulkan beberapa kondisi seperti di bawah ini:
- Plasenta lepas sebelum waktunya (solusio plasenta)
- Berat badan bayi lahir rendah
- Risiko rawat NICU pada bayi
- Risiko penyakit jantung dan ginjal pada ibu pascamelahirkan
Cara mengatasi agar tetap bisa menyusui
Meski punya tekanan darah tinggi, bukan berarti ibu tidak bisa menyusui. Berikut tips dari para ahli laktasi:
- Segera mulai menyusui setelah melahirkan.
- Melakukan skin-to-skin contact.
- Pijat payudara dan lakukan relaktasi dini.
- Selalu konsultasikan penggunaan obat antihipertensi yang aman untuk ibu menyusui.
- Mendapatkan dukungan dari konselor laktasi atau dokter kandungan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Risiko Ibu Hamil Alami Hipertensi, Catat Faktor Pemicunya Bun

Kehamilan
Studi Terbaru: Hipertensi saat Hamil Bisa Pengaruhi Masalah Memori pada Wanita

Kehamilan
Waspadai Hipertensi dalam Kehamilan, Penyebab, Cara Mengobati & Mencegah

Kehamilan
Ini Dampak Tekanan Darah Tinggi Sebelum Hamil

Kehamilan
7 Cara Menurunkan Hipertensi pada Bunda Hamil


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda