
kehamilan
Semakin Banyak TK di Jepang yang Tutup akibat Angka Kelahiran Menurun Tajam
HaiBunda
Minggu, 03 Aug 2025 18:30 WIB

Daftar Isi
Bunda, pernahkah membayangkan kalau sebuah taman kanak-kanak (TK) harus tutup karena muridnya nggak ada? Itulah yang sekarang sedang terjadi di Jepang. Negara maju ini menghadapi kenyataan pahit: Jumlah anak semakin sedikit, sementara gedung-gedung TK yang dulu ramai kini jadi sepi bahkan ditinggalkan.
Fenomena ini bikin banyak orang tua dan pemerhati pendidikan khawatir. Yuk, kita bahas lebih dalam kenapa ini bisa terjadi dan apa dampaknya!
Angka kelahiran di Jepang terus turun
Jepang sedang mengalami baby crisis, Bunda. Menurut data pemerintah Jepang, jumlah kelahiran di tahun 2023 hanya sekitar 758.000 bayi, bahkan lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Ini jadi angka terendah sepanjang sejarah negara itu.
Dikutip dari UnseenJapan, Jumlah kelahiran di Jepang tahun 2024 tercatat sekitar 686.000 anak, angka tersebut turun lebih dari 41.000 dari tahun sebelumnya dan menjadi rekor terendah sejak pencatatan dimulai. Sementara Total fertility rate (TFR) jumlah rata-rata anak perempuan harapkan miliki dalam hidup jatuh ke angka 1,15 di 2024 (jauh di bawah ambang pergantian populasi 2,1).
Angka tersebut jauh dari cukup untuk menjaga keseimbangan jumlah penduduk. Sebagai gambaran, agar populasinya stabil, rata-rata setiap perempuan harus melahirkan sekitar 2 anak. Tapi di Jepang, rata-ratanya hanya 1,3 anak per perempuan.
Menurut survei oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan di Jepang, lebih dari 686.000 anak Jepang lahir tahun lalu turun lebih dari 41.000 dari tahun sebelumnya. Untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai, jumlah kelahiran tahunan turun di bawah 700.000. Angka kelahiran total, yang mengukur rata-rata jumlah anak yang diharapkan dimiliki seorang perempuan seumur hidupnya, juga mencapai rekor terendah di angka 1,15.
Penurunan tajam jumlah kelahiran ini menyusutkan potensi jumlah pendaftar sekolah taman kanak-kanak. Dikombinasikan dengan meningkatnya jumlah fasilitas, hal ini telah memicu persaingan yang ketat dan berkontribusi pada meningkatnya rasa kelebihan pasokan di sektor ini.
TK Tutup karena jumlah murid menyusut
Karena anak-anak makin sedikit, otomatis murid TK juga berkurang drastis. Banyak TK, terutama yang swasta atau yang berada di daerah pedesaan, akhirnya tidak bisa bertahan dan tutup.Â
Banyak sekolah taman kanak-kanak, terutama yang berskala kecil dan menengah, kesulitan mempertahankan stabilitas keuangan akibat kekurangan tenaga pengasuh anak yang parah.
Krisis kepegawaian yang berkelanjutan ini menyulitkan untuk mempertahankan jumlah staf yang memadai, sehingga seringkali memaksa sekolah untuk membatasi jumlah anak yang mereka terima. Untuk mempertahankan karyawan, beberapa sekolah telah menaikkan upah, tetapi strategi ini justru meningkatkan biaya operasional dan semakin menekan keuntungan mereka.
Selain itu, sekolah taman kanak-kanak yang menyediakan makanan sekolah menghadapi biaya yang lebih tinggi akibat kenaikan harga pangan. Faktor-faktor ini semakin mempersulit upaya mempertahankan stabilitas operasional, sehingga memberikan tekanan yang besar pada manajemen.
Persentase bisnis yang melaporkan kinerja yang memburuk telah menurun sejak tahun fiskal 2022, ketika mencapai puncaknya di angka 65,6%. Namun, kekurangan tenaga kerja terus memburuk setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya popularitas pekerjaan pengasuhan anak dan semakin sedikitnya jumlah kandidat yang bersedia. Secara bersamaan, tekanan-tekanan ini mendorong lebih banyak sekolah taman kanak-kanak ke jurang kebangkrutan, dan beberapa faktor lain memperburuk situasi.
Berdasarkan laporan Unseen Japan dari Juli 2025: dalam periode Januari–Juni 2025, terdapat 22 kasus kebangkrutan atau tutupnya sekolah penitipan anak meningkat 70% dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya (13 kasus) . Jika tren ini berlanjut, total penutupan TK tahun 2025 bisa melebihi rekor 31 kasus di 2024 Â
Selain itu, dikutip dari Reuters, sejak 2002 hingga 2020, lebih dari 8.580 sekolah umum (elementary hingga SMA) telah ditutup secara permanen, sekitar >450 sekolah tutup tiap tahun terutama di daerah pedesaan yang penduduknya menurun drastis. Kasus khusus di Desa Ten‑ei, Fukushima: salah satu sekolah menengah terakhirnya ditutup tahun 2023 setelah hanya menyisakan 2 siswa yang lulus sebagai angkatan terakhir.Â
Kenapa orang Jepang tak mau punya anak?
Alasan utamanya bukan karena mereka enggak suka anak-anak, Bunda, tapi lebih ke soal biaya hidup, tekanan pekerjaan, dan kurangnya waktu untuk keluarga. Banyak pasangan muda merasa belum siap secara finansial dan emosional untuk punya anak.
Ditambah lagi, sistem penitipan anak di Jepang tergolong ketat dan tidak fleksibel. Banyak orangtua yang bekerja susah mendapatkan tempat di daycare atau TK yang sesuai jadwal kerja mereka.
Penutupan TK ini juga berdampak ke tenaga pengajar dan para guru yang kehilangan pekerjaan. Para orangtua pun jadi makin kesulitan mencari tempat penitipan yang tersisa, apalagi di kota besar.
Bagi anak-anak, ini berarti mereka kehilangan kesempatan bermain dan belajar dalam suasana sosial yang sehat. Padahal masa TK itu masa emas banget ya, Bunda tempat anak belajar bersosialisasi, mandiri, dan mengasah kreativitas.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Angka Kelahiran Korsel Akhirnya Meningkat setelah 9 Th Jadi yang Terendah di Dunia

Kehamilan
Angka Kelahiran Dunia Turun Tapi Kelahiran Kembar Meningkat, Ini Penyebabnya

Kehamilan
Pemerintah China Gencar Dorong para Lajang untuk Segera Menikah dan Melahirkan Anak, Alasannya..

Kehamilan
Alasan Korea Selatan Diperkirakan Jadi Negara Pertama yang Bakal Musnah di Bumi

Kehamilan
Singapura Berikan Bonus pada Pasutri yang Ingin Punya Anak Selama Pandemi


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda