Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ingin Mulai Program Hamil setelah Operasi Transplantasi Ginjal? Waspadai Risiko Ini!

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Selasa, 29 Jul 2025 08:30 WIB

ilustrasi suami istri dan dokter
Ingin Mulai Program Hamil setelah Operasi Transplantasi Ginjal? Waspadai Risiko Ini! /Foto: Getty Images/chanakon laorob
Jakarta -

Kehamilan adalah anugerah yang sangat dinantikan oleh banyak perempuan, termasuk mereka yang pernah menjalani transplantasi ginjal. Kabar baiknya, kehamilan masih memungkinkan terjadi setelah transplantasi, bahkan dengan peluang yang lebih baik dibandingkan saat pasien masih menjalani dialisis

Namun, menjalani program kehamilan setelah transplantasi ginjal tetap memiliki sejumlah risiko. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang serta pendampingan dari tenaga medis agar kesehatan Bunda dan janin tetap terjaga.

Dikutip dari laman National Kidney Foundation, kesuburan pada perempuan bisa kembali cukup cepat usai menjalani transplantasi ginjal. Karena itu, penting bagi perempuan yang berencana hamil untuk terlebih dahulu berdiskusi dengan tim transplantasi dan dokter spesialis kandungan, terutama dokter yang menangani kehamilan berisiko tinggi atau dikenal dengan sebutan Maternal Fetal Medicine (MFM).

Artikel ini akan membahas berbagai risiko dan langkah penting yang perlu Bunda pahami sebelum memulai program kehamilan setelah menjalani transplantasi ginjal.

Risiko kehamilan setelah transplantasi ginjal

Perempuan yang sudah menjalani transplantasi ginjal bisa mengalami kehamilan yang sehat, namun tetap berisiko tinggi jika tidak direncanakan dengan baik. Masih mengutip laman National Kidney Foundation, kehamilan biasanya aman jika fungsi ginjal sudah stabil, tekanan darah terkontrol, dan obat penekan imun telah disesuaikan dengan kondisi tubuh.

Karena itu, sebaiknya tunggu minimal satu tahun setelah menjalani transplantasi ginjal sebelum mulai merencanakan kehamilan.

Beberapa risiko yang mungkin terjadi antara lain:

  • Preeklampsia, yaitu tekanan darah tinggi yang hanya terjadi saat hamil.
  • Persalinan prematur atau bayi lahir sebelum usia 37 minggu.
  • Berat badan bayi rendah saat lahir.
  • Kelahiran melalui operasi caesar, yang lebih sering terjadi pada penerima transplantasi.

Risiko ini akan lebih besar jika ibu masih mengonsumsi obat tertentu seperti CellCept, Myfortic, dan turunannya. Obat-obatan ini bisa meningkatkan risiko keguguran dan cacat lahir.

Oleh karena itu, dokter biasanya akan mengganti obat dengan pilihan yang lebih aman sekitar enam minggu sebelum program kehamilan dimulai.

Tidak hanya itu, melansir dari laman UC News, studi dari University of Cincinnati College of Medicine juga menemukan bahwa penerima transplantasi ginjal yang hamil melalui teknologi reproduksi berbantu (Assisted Reproductive Technology/ART) seperti IVF, memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi reproduksi berbantu (ART) pada penerima transplantasi ginjal dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil, persalinan dini, dan berat badan lahir bayi yang rendah.

Meski begitu, tidak ada perbedaan dalam tingkat kelangsungan hidup bayi maupun fungsi ginjal hasil transplantasi.

“Temuan ini menjadi langkah penting dalam mendampingi pasien transplantasi ginjal yang berencana hamil dengan bantuan teknologi kesuburan,” jelas Dr. Silvi Shah, ahli ginjal sekaligus peneliti utama studi tersebut.

Langkah aman untuk merencanakan kehamilan

Jika Bunda pernah menjalani transplantasi ginjal dan berencana memiliki momongan, penting untuk melalui langkah-langkah berikut:

  • Konsultasikan dengan tim transplantasi dan dokter kandungan spesialis MFM. Mereka akan mengevaluasi kondisi ginjal, tekanan darah, dan obat yang digunakan.
  • Stabilkan fungsi ginjal dan tekanan darah. Hamil saat ginjal belum stabil bisa meningkatkan risiko komplikasi, bahkan kegagalan ginjal.
  • Tinjau ulang obat yang dikonsumsi. Beberapa obat perlu diganti sebelum kehamilan untuk menghindari risiko pada janin.
  • Pertimbangkan metode kehamilan. Jika kesuburan belum kembali, ART seperti inseminasi buatan atau IVF bisa menjadi pilihan, meski harus dilakukan dengan pengawasan ketat.
  • Rutin memeriksakan kehamilan. Selama masa kehamilan, ibu akan menjalani pemantauan ketat seperti tes darah rutin dan penyesuaian dosis obat sesuai pertumbuhan janin dan kenaikan berat badan.
  • Pertimbangkan risiko menyusui. Sebagian besar obat imunosupresif seperti tacrolimus dan prednisone dinilai aman, namun harus tetap dikonsultasikan.

Dengan perencanaan dan pendampingan medis yang tepat, kehamilan setelah transplantasi ginjal bukan lagi hal yang mustahil. Banyak perempuan berhasil memiliki kehamilan yang sehat, bahkan beberapa di antaranya melahirkan lebih dari satu anak.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda