
kehamilan
Kisah Bunda Melahirkan di Usia 50 Th Usai Didiagnosis Diabetes Tipe 2 & Hipertensi Kronis
HaiBunda
Minggu, 27 Jul 2025 14:40 WIB

Daftar Isi
Menjalani kehamilan pertama di usia 50 tahun bukan hal yang mudah bagi Kishori (nama samaran). Ia mesti berjuang mempertahankan kehamilannya usai didiagnosis tipe 2, Bunda.
Seperti diketahui, mendapatkan kehamilan di usia 50 tahun adalah sesuatu yang terbilang jarang. Bahkan dengan teknologi seperti bayi tabung, tingkat keberhasilan untuk hamil pada perempuan berusia sekitar 50 tahun di bawah 10 persen. Angka itu jauh bila dibandingkan perempuan usia di bawah 35 tahun, yakni 70 hingga 80 persen.
Selain itu, kehamilan di usia 'tua' juga lebih berisiko mengalami komplikasi. Mereka yang hamil di usia 50 tahun bisa berisiko mengalami keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, persalinan prematur, hingga masalah pertumbuhan janin.
Kishori tampaknya tak ingin terlalu memikirkan semua risiko tersebut. Dilansir Healthcare Radius, Kishori memutuskan untuk menjalani program bayi tabung dan memulai perawatan antenatal sejak trimester pertama di bawah pengawasan dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Milann Fertility Hospital, Bengaluru, Dr. Varini N.
Mengidap beberapa kondisi medis sebelum dan saat hamil
Kehamilan Kishori termasuk rumit karena ia memiliki sekumpulan kondisi media yang sudah ada sebelumnya. Ia telah hidup dengan diabetes tipe 2 selama lebih dari satu dekade dan sudah menjalani terapi insulin.
Pada tahun 2018, Kishori didiagnosis hipertensi kronis yang dapat menimbulkan ancaman bagi dirinya dan bayi dalam kandungan. Tak hanya itu, Indeks Massa Tubuh (IMT) Kishori juga menempatkannya dalam golongan obesitas.
Pada bulan kelima kehamilan, Kishori didiagnosis mengidap hipotiroidisme gestasional, yakni suatu kondisi yang dapat memengaruhi perkembangan janin dan kesehatan ibu jika tidak segera ditangani.
Masing-masing kondisi medis tersebut dapat mempersulit kehamilan. Namun jika digabungkan, maka semuanya membutuhkan perawatan yang sangat ekstra dan teliti dari tim medis.
Selama hamil, dokter secara khusus menyusun protokol untuk Kishori. Ia disarankan untuk memantau kadar gula darahnya enam kali sehari, dan tekanan darah dua kali sehari. Dosis insulinnya juga disesuaikan secara rutin di bawah bimbingan tim multidisiplin yang terdiri dari ahli diabetes, ahli gizi, dan dokter kandungan.
Sejak usia kehamilan 27 minggu, Kishori juga mulai mengalami kecemasan dan depresi. Dukungan kesehatan mental ia dapatkan dan dimulai bersamaan dengan pemantauan fisik yang berkelanjutan oleh tim medis.
Menjalani perawatan khusus dari tim medis
Kishori menjalani diet khusus dan disarankan untuk tidak menambah berat badan lebih dari 7 hingga 8 kg selama masa kehamilan. Hal itu dilakukan untuk meminimalkan komplikasi terkait berat badan berlebih, Bunda. Selain itu, Kishori juga menjalani pemindaian dan tes darah yang rutin untuk memastikan pertumbuhan bayi tetap normal.
"Kami berfokus pada penambahan berat badan yang lambat dan stabil untuk menghindari komplikasi seperti makrosomia (ukuran janin berlebih) atau polihidramnion (kelebihan cairan ketuban)," kata Varini.
Proses persalinan yang penuh tantangan
Menurut dokter, tantangan terbesar yang dihadapi Kishori sebenarnya adalah proses persainan. Akibat faktor usia dan riwayat kesehatan, ia berisiko mengalami pembekuan darah yang bisa berdampak selama dan setelah operasi.
Untuk mengurangi risiko tersebut, ia mendapatkan pengencer darah setiap hari. Namun, hal tersebut jutsru dapat menimbulkan komplikasi lain, yakni risiko perdarahan berlebih selama operasi akibat penurunan kemampuan pembekuan darah.
Guna mencegah komplikasi itu, pemberian obat pengencer darah dihentikan 24 jam sebelum operasi. Obat kembali diberikan ke Kishori pada 12 jam setelahnya. Selama prosedur, plasma beku segar diberikan untuk mendukung pembekuan darah, dan dokter bedah menggunakan jahitan tambahan untuk mengurangi risiko perdarahan internal.
Kishori dirawat di rumah sakit pada usia kehamilan 37 minggu 4 hari untuk dijadwalkan menjalani operasi caesar elektif, Bunda. Operasi tetap bisa berisiko menimbulkan komplikasi karena plasentanya terletak rendah dan melekat secara tidak normal.
Syukurnya, komplikasi yang tak diinginkan tidak terjadi lantaran plasenta tersebut dapat dikeluarkan dengan aman. Kishori sempat kehilangan banyak darah selama persalinan, namun hal tersebut juga berhasil ditangani dengan transfusi darah usai melahirkan.
Kishori pun dapat melahirkan anak pertamanya setelah berjuang melawan beberapa kemungkinan komplikasi. Secara khusus, ia mengucapkan terima kasih kepada tim dokter yang sudah membantunya, Bunda.
"Di usia 50 tahun, saya tidak yakin apakah masih bisa menjadi ibu. Namun, berkat perawatan yang saya terima di Milan, keraguan itu perlahan memudar. Dokter Varini tidak hanya membimbing saya secara medis, beliau juga memberi saya keyakinan untuk melalui perjalanan ini. Setiap langkah ditangani dengan kesabaran dan ketelitian. Hari ini, ketika saya melihat bayi saya, rasanya semua yang saya harapkan akhirnya menjadi kenyataan," ungkap Kishori.
Demikian kisah perjuangan Bunda melahirkan di usia 50 tahun dengan beberapa kondisi medis yang rumit.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Ditanya soal Momongan Ikke Nurjanah Pasrah di Usia 50 Th, Begini Reaksi Suami

Kehamilan
3 Bunda Ini Rela Mengandung Cucu Sendiri Demi Putrinya yang Tak Bisa Hamil

Kehamilan
6 Perawatan Setelah Melahirkan, Bantu Kencangkan Kulit Kendur

Kehamilan
7 Persiapan Melahirkan Normal Supaya Berjalan Lancar, Bunda Perlu Tahu

Kehamilan
Suamiku, Genggaman Tanganmu Bisa Bikin Persalinanku Lebih Nyaman


5 Foto
Kehamilan
2 Kali Keguguran, Intip 5 Potret Kebahagiaan Ashilla Zee Eks Blink Melahirkan Anak Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda