Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

6 Ciri-ciri Infeksi pada Vagina, Penyebab dan Cara Mengatasinya yang Perlu Diketahui Perempuan

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 24 Jul 2025 22:20 WIB

Ilustrasi Sakit Perut
6 Ciri-ciri Infeksi pada Vagina/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sorapop
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda perlu mengetahui ciri-ciri infeksi pada vagina. Tujuannya agar dapat segera ditangani sebelum membahayakan kesehatan reproduksi Bunda. Ada berbagai penyebab dan cara mengatasinya yang juga perlu Bunda ketahui.

Infeksi pada vagina atau disebut dengan vaginitis bisa disebabkan jamur, bakteri, dan parasit. Pengobatan yang tidak tepat dapat memengaruhi kesehatan reproduksi hingga kesuburan perempuan.

Apa itu infeksi vagina?

Infeksi vagina adalah kondisi medis saat vagina atau jalan lahir meradang atau mengalami iritasi akibat pertumbuhan mikroorganisma yang tidak normal. Infeksi vagina dapat menyerang perempuan di segala usia, terutama yang aktif secara seksual.

Poonam Sachdev, dokter keluarga bersertifikat ABFM, mengatakan bahwa ketika perempuan mengalami vaginitis, vagina kemungkinan bengkak, gatal, atau perih. Bahkan mungkin berbau aneh atau mengeluarkan cairan yang tidak biasa.

"Jika vulva Anda (bagian luar alat kelamin Anda, termasuk labia dan klitoris) juga terpengaruh, kondisi ini disebut vulvovaginitis," lata Sachdev dilansir dari WebMD.

Ciri-ciri infeksi pada vagina

Dr. Stacy Henigsman, dokter bersertifikat ABMS yang mengkhususkan diri dalam kebidanan dan ginekologi, menjelaskan bahwa terkadang infeksi vagina tidak menunjukkan gejala. Namun, di lain waktu, gejalanya mungkin meliputi gatal, perubahan warna atau jumlah keputihan, dan nyeri saat buang air kecil.

Berikut sejumlah gejala umum atau ciri-ciri infeksi vagina

1. Keputihan abnormal

Keputihan yang berubah warna menjadi kuning kehijauan, abu-abu, atau putih kental seperti keju cottage yang dapat mengindikasikan infeksi. Bau tidak sedap, terutama amis, juga menjadi ciri khas infeksi bakteri.

2. Gatal dan rasa terbakar pada vagina

Rasa gatal terus menerus atau sensasi terbakar di sekitar vagina bisa menjadi gejala umum infeksi jamur maupun infeksi bakteri.

3. Nyeri dan ketidaknyamanan pada vagina

Infeksi vagina membuat Bunda merasa tidak nyaman karena merasa nyeri atau perih saat buang air kecil. Ini karena infeksi vagina dapat menyebabkan iritasi uretra.

4. Nyeri saat berhubungan seks penetrasi vagina

Dinding vagina yang meradang dapat membuat hubungan seksual terasa menyakitkan sehingga membuat tidak nyaman.

5. Meradang dan memerah

Kulit yang meradang, memerah, atau bengkak di sekitar vagina dan vulva

6. Perdarahan atau flek vagina

Beberapa infeksi vagina dapat memicu iritasi pada jaringan vagina. Ini yang membuat Bunda mengalami bercak darah ringan yang tidak berhubungan dengan menstruasi.

"Anda mungkin hanya mengalami satu atau beberapa gejala yang disebutkan di atas. Jika gejala Anda tidak kunjung hilang dalam beberapa hari atau justru memburuk, penting untuk menghubungi dokter atau tenaga medis profesional untuk diagnosis dan pengobatan," imbuh Henigsman dilansir dari Healthline.

Namun, gejala-gejala di atas juga bisa dialami pada Bunda dengan infeksi saluran kemih (ISK). Terutama rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.

Infeksi vagina memiliki banyak gejala yang sama, sehingga sulit untuk mengenali secara pasti apa yang sedang terjadi. Namun, setiap jenis infeksi vagina memiliki beberapa gejala unik:

1. Vaginosis bakterial (BV). BV sering menyebabkan keputihan encer berwarna putih keabu-abuan, kehijauan, atau kuning. Keputihan ini dapat berbau seperti amis yang cenderung menjadi lebih kuat setelah hubungan seks penetrasi vagina. Bunda mungkin tidak merasakan banyak rasa gatal.

2. Infeksi jamur. Infeksi ini umumnya disertai rasa gatal, nyeri, dan terbakar pada vagina dan vulva. Infeksi jamur juga dapat menyebabkan pembengkakan di labia, atau lipatan kulit di bagian luar vagina. Keputihan biasanya berwarna putih dan menggumpal, dengan tekstur yang menurut beberapa orang menyerupai keju cottage.

3. Trikomoniasis. Infeksi ini biasanya menyebabkan gatal pada vagina dan bau seperti ikan. Selain keputihan berwarna kuning kehijauan dan berbusa, Bunda mungkin juga mengalami pembengkakan, iritasi, dan peradangan pada vagina dan vulva. Gejala trikomoniasis lainnya meliputi nyeri saat berhubungan seks vaginal, nyeri perut bagian bawah, serta rasa terbakar dan nyeri saat buang air kecil.

4. Vaginitis atrofi. Ini sebenarnya bukan infeksi, tetapi dapat meningkatkan risiko terkena infeksi vagina dan ISK. Vaginitis atrofi dapat menyebabkan tanda-tanda yang mirip dengan gejala infeksi lain, seperti gatal, rasa terbakar, kekeringan, dan perubahan keputihan pada vagina.

Penyebab infeksi pada vagina

Ada banyak jenis vaginitis, dan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Bunda mungkin mengalami infeksi yang disebabkan bakteri, jamur, atau virus. Atau bahan kimia dalam sabun, semprotan, atau bahkan pakaian dapat mengiritasi kulit vagina yang halus. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh kekeringan vagina akibat ketidakseimbangan hormon.

Namun, tidak selalu mudah untuk mengetahui apa yang terjadi. Bunda mungkin memerlukan bantuan dokter untuk mengatasinya dan memilih perawatan yang tepat.

Bacterial Vaginosis, Yeast Infections concept with woman having a problem with Vaginal OdorFoto: Getty Images/Doucefleur

Jenis-jenis infeksi vagina

Secara umum, infeksi vagina cenderung berkembang ketika ada sesuatu yang memengaruhi keseimbangan bakteri dan jamur di vagina.

Berikut penyebab umum infeksi vagina berdasarkan jenis infeksi:

  1. Infeksi bakteri. Pertumbuhan bakteri tertentu yang secara alami terdapat di vagina secara berlebihan dapat menyebabkan BV. Meskipun BV tidak dianggap sebagai IMS, kontak seksual—termasuk seks oral, penetrasi vagina, dan kontak tangan—dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih bakteri dan meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual.
  2. Infeksi jamur. Infeksi jamur biasanya disebabkan jamur yang disebut Candida albicans. Berbagai faktor, termasuk antibiotik, perubahan hormonal, sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan stres, dapat mengurangi jumlah bakteri antijamur di vagina, yang menyebabkan pertumbuhan jamur berlebih. Pertumbuhan berlebih ini dapat menyebabkan gejala infeksi jamur.
  3. Trikomoniasis. Parasit protozoa Trichomonas vaginalis menyebabkan infeksi ini. Kebanyakan orang tertular trikomoniasis melalui hubungan seks vaginal, oral, atau anal tanpa kondom internal atau eksternal. Namun, beberapa bukti menunjukkan seseorang juga dapat tertular melalui air mandi bersama. Metode penularan lain yang jarang (tetapi mungkin) termasuk dudukan toilet yang lembap, kolam renang, dan handuk atau pakaian lembap bersama.
  4. Atrofi vagina. Kondisi ini umumnya berkembang setelah menopause, tetapi juga dapat terjadi saat menyusui atau kapan pun ketika perempuan mengalami penurunan kadar estrogen. Penurunan kadar hormon dapat menyebabkan penipisan dan kekeringan vagina, yang dapat menyebabkan peradangan vagina.
  5. Douching. Membilas vagina dengan campuran air dan cuka, soda kue, yodium, atau bahan antiseptik lainnya mungkin tampak seperti cara yang baik untuk menjaganya tetap bersih. Namun, faktanya praktik ini justru mengurangi bakteri sehat di vagina, sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi.
  6. Sabun, sabun mandi, dan parfum. Membilas vagina dengan sabun dan sabun mandi, atau menyemprotnya dengan parfum, juga dapat mengganggu pH alaminya. Meskipun membilas vulva dan vagina dengan air biasa tidak masalah, produk atau pewangi lain dapat membunuh bakteri sehat di vagina dan meningkatkan kemungkinan infeksi.
  7. Kontrasepsi spermisida. Metode kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk gel, film, atau supositoria. Bunda memasukkannya langsung ke dalam vagina, di mana ia larut untuk membunuh sperma dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun spermisida efektif untuk sebagian orang, spermisida dapat menyebabkan iritasi dan peradangan vagina, serta meningkatkan kemungkinan infeksi vagina.
  8. Pakaian ketat atau sintetis. Pakaian dalam dan bawahan yang tidak bisa "bernapas" dapat menyebabkan iritasi vagina karena kelembapannya terperangkap dan menghalangi aliran udara, yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Mengenakan bawahan yang sangat ketat, atau membiarkan bawahan basah setelah berolahraga atau berenang, dapat memiliki efek serupa.
  9. Deterjen dan pelembut pakaian. Deterjen dan pelembut pakaian beraroma juga dapat memengaruhi pH vagina dan berkontribusi terhadap infeksi jamur.

Dalam beberapa kasus, tenaga medis profesional mungkin tidak dapat menentukan penyebab infeksi vagina. Kondisi ini dikenal sebagai vulvovaginitis nonspesifik.

Kondisi ini dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi lebih umum terjadi pada remaja yang belum memasuki masa pubertas.

Cara mengatasi infeksi vagina

Pengobatan untuk infeksi vagina bergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Jika Bunda diduga mengalami infeksi vagina, kemungkinan dokter akan meresepkan:

1. Metronidazol (dalam bentuk tablet, krim, atau gel) atau klindamisin (dalam bentuk krim atau gel) untuk mengobati infeksi bakteri
krim atau supositoria antijamur untuk mengobati infeksi jamur. 

2. Bunda juga dapat membeli obat infeksi jamur tanpa resep di apotek atau toko obat setempat, tetapi sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis profesional jika infeksi tidak kunjung sembuh atau terus kambuh.

3. Tablet metronidazol atau tinidazol untuk mengobati trikomoniasis

4. Krim atau tablet estrogen untuk membantu mengatasi kekeringan dan iritasi vagina parah yang berhubungan dengan vaginitis atrofi.

5. Tenaga medis profesional biasanya juga akan menyarankan untuk menghindari bahan iritan, seperti sabun yang kuat atau beraroma, tampon atau pembalut beraroma, dan douche.

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda