Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Perempuan Ini Nekat Ngevape Saat Hamil, Kondisi Janinnya Jadi Begini

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Kamis, 10 Jul 2025 21:30 WIB

Ilustrasi Keguguran
Ilustrasi hamil/Foto: Getty Images/iStockphoto/ake1150sb
Jakarta -

Bunda, banyak orang masih mengira vape lebih aman daripada rokok biasa, bahkan saat hamil. Padahal faktanya, tetap saja berbahaya. Cerita nyata ini bisa jadi peringatan keras untuk kita semua Bunda.

Dikutip dari Daily Mail, seorang perempuan asal Texas hampir kehilangan bayinya dan meninggal dunia akibat reaksi fatal terhadap perangkat tersebut.

Kisah Bunda nekat ngevape saat hamil

Perempuan berusia 28 tahun itu, yang sebelumnya sehat, terpaksa menjalani operasi caesar darurat pada usia kehamilan 36 minggu setelah mengalami pendarahan hebat di paru-paru (pulmonary hemorrhage).

Pendarahan internal tersebut diduga disebabkan oleh kerusakan berulang pada pembuluh darah yang membawa darah beroksigen ke dan dari jantung. Penggunaan vape dalam jangka panjang dan teratur membuat paru-paru terpapar campuran bahan kimia dan senyawa volatil yang dapat merusak sel-sel kita.

Perempuan itu mengalami kekurangan oksigen yang parah dan detak jantungnya cepat. Ketika antibiotik gagal bekerja dan kondisinya memburuk, dokter harus melakukan operasi caesar darurat untuk menyelamatkan nyawa bayinya yang belum lahir.

Suami pasien hamil tersebut mengonfirmasi bahwa istrinya telah menggunakan vaping 'secara teratur' selama kehamilan dan mengalami sesak napas, meskipun ia tidak menyebutkan berapa lama.

Wanita hamil, yang tidak disebutkan namanya dalam laporan kasus tersebut, datang ke rumah sakit di Texas dengan keluhan sesak napas. Dokter tidak mengungkapkan sudah berapa lama dia mengalami gejala tersebut.

Dokter menentukan bahwa detak jantungnya sangat tinggi sekitar 110 hingga 120 denyut per menit. Dia mengalami hipoksemia, yang berarti kadar oksigen dalam darahnya lebih rendah dari biasanya. Memang, saturasi oksigennya, yaitu jumlah oksigen yang beredar dalam darah pada umumnya berada di antara 80 dan 86 persen di udara ruangan.

Namun, tingkat saturasi oksigen normal untuk ibu hamil seusianya berkisar sekitar 95 persen. Kondisinya memburuk dan akhirnya ia membutuhkan operasi caesar darurat. Setelah prosedur tersebut, terdapat darah dalam urine pasien. Ia juga batuk berdarah, yang meyakinkan dokter untuk melakukan bronkoskopi, prosedur yang memungkinkan dokter melihat paru-paru dan saluran udara.

Ilustrasi Dokter dan Ibu HamilIlustrasi Dokter dan Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockPhoto/ronnachaipark

Vape sama berbahayanya dengan rokok biasa

Banyak orang mengira vape hanyalah 'asap uap' yang lebih aman daripada rokok tembakau. Padahal, cairan vape mengandung nikotin dan berbagai bahan kimia berbahaya lain seperti formaldehida, logam berat, hingga zat pemicu iritasi paru-paru.

Saat hamil, nikotin dan zat kimia ini dapat melewati plasenta, mengganggu suplai oksigen ke janin, menghambat perkembangan otak dan paru-parunya, bahkan meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau berat badan rendah. Dalam kasus ekstrem seperti perempuan Texas ini, bisa sampai menyebabkan pendarahan paru-paru fatal.

Para dokter di Texas Tech University Health Sciences Center di Amarillo, Texas, merinci kisah tersebut dalam sebuah studi kasus yang diterbitkan dalam American Journal of the Medical Sciences. Mereka menulis: 'Literatur yang dipublikasikan tentang efek samping rokok elektrik sangat terbatas meskipun telah diperkenalkan pada tahun 2007.

“Penggunaan vaping telah melampaui rokok elektrik standar saat ini dan sulit untuk memahami risiko kesehatan yang ditimbulkannya karena desain yang berubah dengan cepat dan kurangnya tindak lanjut jangka panjang,” tulis para dokter di Texas Tech University dalam literaturnya.

Ini adalah kasus terbaru yang menyoroti bahaya vaping, yang kini dikaitkan dengan masalah jantung dan kanker yang berkaitan dengan rokok biasa. Menggunakan vaping dan produk tembakau tanpa asap lainnya selama kehamilan dapat berakibat fatal bahkan setelah bayi lahir.

Para peneliti di Swedia baru-baru ini menemukan bahwa ibu hamil yang menggunakan snus, sejenis tembakau tanpa asap, meningkatkan risiko kematian bayi mereka sebelum ulang tahun pertamanya sebesar 70 persen.

Rokok elektrik mengandung bahan kimia misterius dan senyawa organik volatil yang melapisi paru-paru dengan bahan kimia berbahaya, menyebabkan iritasi dan kerusakan yang berpotensi tidak dapat dipulihkan. Rokok elektrik juga membawa banyak risiko kesehatan lainnya, mulai dari jaringan parut paru-paru dan cedera paru lainnya hingga asma dan kerusakan kardiovaskular.

Nikotin dalam rokok elektrik ditemukan dapat secara langsung melukai bayi dalam kandungan dengan menyebabkan perkembangan paru-paru, jantung, otak, dan sistem kekebalan tubuh yang tidak normal, yang membawa konsekuensi seumur hidup.

Selain itu, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menemukan vape bisa memicu peradangan paru, stres oksidatif, dan kerusakan sel epitel paru. Ini yang meningkatkan risiko perdarahan paru seperti kasus Texas.

Jadi satu-satunya cara terbaik adalah berhenti total dari vape dan rokok. Kalau Bunda kesulitan berhenti, jangan sungkan minta bantuan dokter kandungan, bidan, atau konselor berhenti merokok. Dukung juga dengan lingkungan yang bebas asap agar Bunda tidak tergoda lagi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda