Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Teknologi AI Bantu Pasangan Hamil Setelah 18 Th Menanti, Temukan 3 Sperma Tersembunyi

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Senin, 07 Jul 2025 19:40 WIB

ilustrasi suami istri dan dokter
Ilustrasi suami istri/ Foto: Getty Images/chanakon laorob

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini membuka peluang baru dalam dunia kesehatan reproduksi dan kesuburan. Salah satu kisah luar biasa datang dari pasangan yang telah menanti kehadiran bayi selama 18 tahun.

Setelah menjalani berbagai usaha dan prosedur yang melelahkan, pasangan ini akhirnya berhasil memperoleh kehamilan berkat dukungan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Mereka sebelumnya telah mencoba beragam metode, termasuk program fertilisasi invitro (IVF) di sejumlah klinik kesuburan, namun hasilnya selalu nihil.

Hal ini disebabkan oleh kondisi sang suami yang mengalami azoospermia, yakni kondisi langka dengan sperma tidak terdeteksi dalam cairan semen. Meskipun sempat kehilangan harapan, pasangan ini kembali optimistis setelah mencoba metode terbaru di Columbia University Fertility Center.

Lewat teknologi canggih bernama STAR, kecerdasan buatan berhasil mendeteksi sperma tersembunyi yang sebelumnya tidak teridentifikasi. Yuk, Bunda cari tahu bagaimana teknologi AI ini membuka peluang baru bagi pasangan yang ingin memiliki anak!

Kecerdasan buatan (AI) temukan sperma yang tak terlihat

Mengutip laman CNN Health, para ahli di Columbia University menciptakan metode STAR (Sperm Tracking and Recovery), sebuah sistem berbasis AI yang mampu menemukan sperma tersembunyi dengan akurasi tinggi.

Sistem ini bekerja dengan meletakkan sampel sperma pada chip khusus yang terhubung dengan mikroskop berteknologi kamera berkecepatan tinggi.

AI kemudian menganalisis lebih dari 8 juta gambar dalam waktu kurang dari satu jam untuk menemukan sperma yang tidak terlihat oleh mata manusia.

“Seorang pasien sempat menyerahkan sampel yang telah diperiksa selama dua hari oleh para teknisi tanpa menemukan apa pun. Dengan menggunakan sistem STAR, kami berhasil menemukan 44 sperma hanya dalam waktu satu jam," ungkap Dr. Zev Williams, Direktur dari Columbia University Fertility Center.

Sperma yang berhasil ditemukan kemudian dipisahkan ke dalam tetesan media kecil. Setelah itu, para embriolog memanfaatkannya untuk membuahi sel telur melalui prosedur IVF.

Kehamilan pertama setelah 18 tahun berkat AI

Dalam kasus ini, metode STAR mampu mendeteksi tiga sperma tersembunyi milik sang suami. Ketiganya digunakan untuk membuahi sel telur sang istri melalui proses IVF, dan hasilnya kehamilan pertama setelah penantian selama 18 tahun. Bayi mereka diprediksi akan lahir pada bulan Desember mendatang.

“Butuh waktu dua hari bagiku untuk benar-benar yakin kalau aku hamil. Sampai sekarang rasanya masih seperti mimpi,” ungkap sang istri dengan penuh haru.

Teknologi AI kini juga menjadi harapan baru dalam menangani masalah infertilitas pada pria. Sebelumnya, opsi yang tersedia melibatkan prosedur operasi invasif atau terapi hormon yang belum tentu berhasil.

“Biasanya pria dengan azoospermia terlihat sehat dan normal, namun ketika cairan semen diperiksa, tidak ada sperma yang ditemukan,” terang Dr. Williams. Metode STAR kini menjadi alternatif yang lebih nyaman dan minim rasa sakit dibandingkan prosedur pembedahan untuk pengambilan sperma.

Tak hanya itu, kecanggihan AI juga mulai dimanfaatkan secara luas dalam bidang reproduksi dan fertilitas.

Dr. Aimee Eyvazzadeh, ahli endokrinologi reproduksi asal San Francisco, menyebutkan bahwa kecerdasan buatan kini dimanfaatkan untuk menilai jualitas embrio, memilih sperma terbaik, hingga memprediksi tingkat keberhasilan IVF.

"Kecerdasan buatan mampu mendeteksi hal-hal yang mungkin luput dari penglihatan manusia. Bukan untuk mengambil alih tugas dokter, melainkan sebagai alat pendukung keahlian medis," ujar Dr. Eyvazzadeh.

Sementara itu, sejumlah teknologi lain seperti Stork-A dan CHLOE juga menunjukkan kemampuan dalam membantu memilih embrio dan sel telur terbaik dalam proses fertilisasi.

Meskipun demikian, para ahli seperti Dr. Gianpiero Palermo menegaskan bahwa teknologi ini masih memerlukan proses validasi yang ketat sebelum dapat diterapkan secara umum.

Teknologi AI kini menjadi cahaya baru bagi pasangan dengan masalah kesuburan. Dari metode STAR hingga sistem prediksi embrio, inovasi ini membawa harapan bahwa impian memiliki anak kini lebih mungkin untuk diwujudkan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda